MATA HATI CINTAKU
cerpen : Bahasa indonesia
Jalan menuju pemakaman tidaklah begitu menyeramkan bagiku, karena saat ini adalah hari yang indah. aku akan menunjukkan prestasiku,sebuah medali emas yang akan ku bawa untuk ku tunjukkan kepada seseorang. dia adalah orang yang selalu menjagaku karena dia adalah sosok yang berarti untukku. tetapi Tuhan berkehendak lain, maut memisahkan cinta di antara kita. aku tahu dia sudah tidak ada di dunia ini tetapi aku merasakan dia tetap ada di hatiku.
“bunga ....!! bunga....!! bunga....!!!”
Seorang wanita menjajahkan bunganya di pinggir trotoar pemakaman. Aku tahu wanita itu karena ia adalah orang yang mengingatkanku terhadap kehidupanku dulu.
“bu aku beli bunganya seikat” kataku sambil menciumi bunga yang harum itu
“apakah itu kau ?” jawabnya singkat
“iya ibu ini aku Dini” jawabku tersenyum . yups betul wanita itu buta, sama sepertiku tiga tahun yang lalu. aku sangat tahu perasaannya tidak dapat melihat bunga-bunga yang indah ini.
** 3 tahun yang lalu**
Pyarr....... suara pecah vas bunga yang terjatuh dari atas meja. aku hanya bisa meraba-raba sisa bunga yang tumpah itu di lantai, aku berharap bisa melihat bunga.bagaimana bentuknya dan warnaya. Seperti apa bunga itu.
“andai aku bisa melihat” kataku dalam hati
Tiba-tiba suara hentakan kaki menuju cepat ke arahku hembusan nafas yang masih terengah-engah terdengar jelas di telingaku
“apakah kau tak apa? lihat tanganmu terluka”
Suara itu sangat aku kenal dia adalah Andi sahabatku, suaranya sangat lembut aku sangat mudah mengingatnya, dia adalah seorang yang hampir setiap hari menjengukku.Entah, aku tak tahu kenapa dia sangat peduli terhadapku. sejak kecelakaan itu, aku tidak hanya kehilangan pengelihatanku namun, aku juga tak dapat mengingat siapapun. kata dokter itu adalah amnesia. aku tak tahu pasti siapa dia. dia hanya mengaku sebagai temanku sewaktu aku duduk di bangku sekolah dasar hingga sekarang.
Ku rasakan tangannya sangat lembut saat mencoba mengobati luka di jariku, aku sangat nyaman berada di dekatnya.
Plak...plak...plak.. suara langkahan sepatu menghampiriku lagi. suara sepatu itu tak asing bagiku suara itu dimiliki oleh sepatu boot yang di gunakan ayahku bekerja setiap harinya.
“apa yang kau lakukan terhadap anakku ,sudah aku bilang kau jangan datang lagi ke sini” suara keras ayahku memarahi Andi.
“tapi ayah bukan seperti itu .....” belaku.
“sudah ayah bilang, dia bukan orang yang baik untukmu” kata ayahku memotong perkataanku.
Entah aku tak tahu. ayah selalu mengatakan seperti itu padaku, padahal aku yakin Andi adalah lelaki yang baik, ia juga yang mengajariku hingga aku bisa bermain biola. Dulu aku pernah putus asa karena kebutaanku, tapi Andilah yang selalu memberikan semangat untukku, agar aku tetap bisa hidup.
Ayah selalu bilang, kalau dirinya mampu menjagaku meskipun kami hanya tinggal berdua di rumah tua ini. Ayah memang orang yang terbaik di dunia. dia selalu menjaga serta merawatku, meskipun setiap pagi hingga sore aku di tinggal bekerja. Ayahku bekerja sebagai supir pengangkut bahan mentah disebuah pabrik makanan siap saji. Dia adalah pahlawan yang selalu menjagaku, aku mencintainya lebih dari anak-anak seluruh dunia yang mencintai ayahnya, karena Cuma dia yang aku miliki sekarang.
Setiap hari aku sibukkan diriku untuk bermain biola hanya ini yang bisa membuatku lebih baik. Permainanku tidak cukup baik karena aku hanya belajar dari Andi namun Andi pernah bilang kalau dulu aku adalah pemain biola terbaik dan banyak memenagkan kejuaraan. namun bagiku tak mudah bermain biola dengan keadaanku yang sekarang ini.setiap hari aku coba untuk mengasahnya lebih baik lagi. mungkin aku bisa menjadi pemain biola profesional di kemudian hari.
Suatu hari Andi mendatangiku. ia memberikan sebuah lembaran kertas folmulir pendaftaran suatu ajang pencarian bakat di kota. Aku tak yakin dengan ini aku sadar dengan kemampuanku sekarang, apalagi aku tak ingin mengandalkan belas kasih orang lain hanya karena keadaanku yang sekarang.
Aku akan tetap berjuang dengan keadaanku yang sekarang, mataku memang tak dapat melihat, namun aku masih bisa merasakan suara-suara lembut dari biolaku. Gesekan demi gesekan setiap hari ku latih. Tanganku agak terasa kaku dan canggung memainkanya, namun menurutku semua ini pasti akan terbalas apalagi ayahku mengharapkan aku bisa kembali bangkit seperti dulu. Mungkin inilah secercah harapan yang bisa aku berikan untuk ayahku.
Hari ini tiba. Ajang pencarian bakat adalah jalan untukku bisa bangkit kembali. Berdiri di atas panggung membuatku gugup meskipun aku tak dapat melihat seberapa orang yang melihatku, suasana sangat hening. Jantungku terpacuh kencang.
Suara bel yang menandakan di mulainya ajang telah ku dengar. satu gesekan biola ku garakkan dengan halus. Aku takut penampilanku jelek, tanganku sangat gemetar hingga menimbulkan suara suara aneh timbul dari biolaku. Hingga akhirnya aku di hentikan oleh bel yang bertanda berhentinya penampilanku.
“ok ini dengan siapa?” suara salah satu juri pencarian bakat.
“Dini, Dini permai ayu” jawabku gugup.
“permainan biola Dini sangat bagus, saya sangat terhibur” suara juri yang lain.
“namun mungkin agak gugup ya. Jadi tadi ada nada yang kurang pas” pendapat juri yang lain.
Untuk mengetahui apakah aku bisa masuk dari ajang ini adalah dengan memperoleh bel yang berbunyi “ting” dan bel menolak dengan nada “tet”ada lima juri yang akan menilai, jadi setidaknya aku harus dapat 3 bunyi bel “ting” untuk lolos. inilah saat yang menebarkan bagiku. Apakah aku bisa lolos atau tidak.
“ting”.”ting”.”tet”.”tet” suara bel itu bagaikan hentakan keras di telingaku ini adalah bel terakhir, kuharap aku bisa membahagiakan ayahku, doa ku panjatkan tak henti-henti kuharap aku bisa lolos. Dan........
“tet” suara bel terakhir yang menandakan aku tak bisa lolos ke babak selanjutnya rasa sedih tak terbendung lagi satu-satunya harapan yang ku miliki intuk membahagiakan ayahku telah pupus sudah. gairah hidupku serasa turun, hingga aku berpikir tak ada gunanya hidup ini.
“kenapa Tuhan tidak mengabulkan doaku ,apakah aku pantas menerima ini semua.Tuhan, Kau tak adil” kataku menyesal.
Semua telah terjadi mungkin Tuhan memiliki rencana yang lebih indah lagi untukku. Dunia ini berputar, sama seperti hidupku. Dulu aku pernah di puncak dunia namun kini aku ada di bawahnya namun aku sadar suatu saat nanti aku akan berada di atas kembali.
** 2 hari krmudian**
“mengapa kau di sini sudah aku peringatkan kau untuk tidak datang lagi. Apakah kau tidak mendengarkanku?” suara ayahku yang sepertinya memarahi seseorang.
Namun aku tahu sepertinya orang yang dimarahi ayahku adalah Andi. Karena aku mendengar suara lembutnya itu. Percakapan mereka hanya aku bisa dengar dari balik pintu kamarku.
“belum puaskah kau membuat anakku menderita, dia sudah kehilangan pengelihatanya dan kini dia kehilangan gairah hidupnya dan itu semua salahmu.”
Kata-kata ayahku itu membuat hatiku berdebar aku tak menyangka Andi yang menurutku baik adalah orang yang telah membuatku buta. Aku serasa di timapah oleh rasa kecewa yang luar biasa. Dadaku sesak seakan tak bisa bernafas lagi. Mungkin kata-kata ayahku benar, Andi bukanlah orang yang baik utukku.
Malam itu adalah derah air mata yang tak terbendung lagi. Malam yang dingin menebus sukma. aku tak bisa tidur, teriyang-iyang kata ayahku kepada Andi kemarin malam.
“Dini.. kenapau kau tak tidur nak.” suara ayahku mendekatiku
“aku hanya belum bisa tidur ayah.” kataku dengan suara rendah
Suasana begitu hening hanya terdengar sisa tetesan air dari genting-genting rumahku selepas hujan.
“ayah adalah orang jahat nak, maafkan ayah.” kata ayahku serambi memelukku erat diriku.
Aku tak tahu apa arti dari kata ayahku itu. suaranya dalam, penuh dengan penyesalan. Air matanya kurasakan menetes di bahuku.
“sudahlah ayah, kita lanjutkan kehidupan ini.” kataku menenangkan suasana.
Hari ini aku terbangun oleh benda yang mengganjal di tempat tidurku. Sepertinya benda itu adalah tape recorderyang memang biasanya di gunakan ayahku untuk menyampaikan pesan.kemudian aku playtape recorderitu.
“Dini anakku ini ayah, ayah minta maaf tidak bisa berpamitan langsung. Ayah ada kerja di luar kota. Ayah sudah menghubungi bibi untuk menemaimu mungkin saat kau bangun dia sudah tiba di rumah. Salam tersayang untuk anakku. Dari ayah.”
Setelah mendengarkan pesan itu, aku mendengar suara pintu yang diketuk dan disertai salam. Dengan hati-hati aku mencoba untuk membuka pintu itu.
“selamat pagi. Apa betul ini dengan kediaman pak Hartono.” kata seseorang dengan tegas.
“benar. Saya anakknya ada apa pak.” kataku gugup.
“kami dari pihak kepolisian mengabarkan bahwa pak Hartono mengalami kecelakaan.”
Sontak kata-kata itu bagaikan hantaman keras. nafasku serasa sesak, bumi ini serasa berhenti berputar. Aku tak menyangka bahwa hari ini aku hidup sendiri. Air matapun tak terbendung lagi, aku hanya bisa pasra kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hari itu aku hanya tinggal bersama bibi di rumah. Jasad ayahku masih belum juga di temukan. Kata bibi ayahku jatuh kedalam jurang dan pihak polisi masih berusaha untuk mencarinya. Setiap malam aku hanya bisa menangisi kepergian ayahku, tape recordermenjadi temanku setiap malam. Tak jenuh aku memutarnya berulang kali. Sampai suatu ketika ada seorang wanita yang mendatangiku nada bicaranya seperti orang yang sedang mengalami duka sepertiku, ia memberikan sebuah tape recorderyang didalamya ada pesan untukku. Akupun memutar tape recorderitu.
“Dini ini aku Andy. Mungkin saat kau terima pesan ini aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Maafkan aku atas segala perbuatanku, Ayahmu memang benar aku tidaklah orang yang baik untukmu. Namun aku akan mencoba membayar perbuatanku. Aku akan mendonorkan mataku untukmu. Aku berharap kau dapat tersenyum kembali seperti dulu. Dini aku menvintaimu.”
Ternyata wanita itu adalah ibunya Andi. Ia mengatakan bahwa Andi meninggal karena mengidap penyakit kanker yang akhirnya merenggut nyawanya sebelum semeninggalnya Andi, ia berpesan untuk melaksanakan amatnya tadi.
Kini akhirnya aku dapat melihat. Tempat pertama yang ingin aku datangi adalah rumahku. Sebelum pulang kerumah aku membeli bunga dan vasnya untuk ku taruh di tempat tidurku. Berdiri di depan rumah dan melihatnya membuat senyumku kembali bersinar selangkah demi selangkah aku mendekati rumah tua itu. Kini aku berdiri di depan pintu kamarku, aku membuka pintu itu dan......
Pyarr..........
Aku menjatuhkan vas bunga yang aku beli tadi mataku sontak mengarah kepada foto yang ada di meja tempat tidurku bayanganku berfantasi mengingat masa lalu.
** 4 tahun yang lalu **
( Malam itu aku pergi dengan Andi, ia menatap mataku wajahnya terus mendekat kearahku.aku terdiam kaku, sampai akhirnya aku tersadar ada sebuah truk yang mengarah ke kami. dengan spontan aku mendorong Andi. sebelum aku tertabrak oleh truk itu, aku melihas seseorang yang mengendarainya .)
“benar foto ini adalah orang yang telah menabrakku” kataku dalam hati.
Kini aku dapat mengingat kembali kejadian itu ternyata Ayahku sendiri yang telah menabrakku hingga aku buta. Namun tak ada sedikitpun rasa marah dalam diriku aku telah memaafkan ayahku karena aku sangat mencintainya.
** hari ini 27 April 2011**
Aku terus berjalan menuju sebuah makam. Makam itu tak asing lagi bagiku, aku terus mendekatinya aku melihat ukiran nama yang masih begitu jelas terbaca. disana tertulis nama.
“Suryani”
Benar dia adalah ibuku. Semenjak jasad ayahku yang belum juga di temukan hanya makam ibulah satu-satunya keluarga yang aku miliki.
“ibu.... hari ini aku mendapatkan juara sebagai komposer biola tingkat nasional. Ibu tolong sampaikan pesanku ke ayah di sana. Aku memafkan segalah kesalahanya, apapun perbuatan ayah aku tetap menyayanginya. Ibu, ayah aku sayang kalian.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar