Aku menatap matamu melalui kenangan, berharap kau benar - benar sedang tersenyum, meski bersama orang lain.
Barangkali, kenangan adalah satu - satunya biang keladi, atas segala nyeri yang mendiami hati.
Aku tidak memintamu kembali. Aku hanya berharap kau berbaik hati mengembalikan hatiku, hidup, atau mati.
Aku tidak menyayangimu. Hatiku yang melakukannya.
Untuk urusan cinta, otak memang tak pernah sejalan dengan hati, serupa duka yang disimpan rapat - rapat oleh bibir, lalu dibuka oleh mata.
# healah ( ._.)/| tembok |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar